Entah apa pastinya judul dari kisah ini. Sudah lama aku membaca kisah tentang tikus ini. Beberapa kali kisah ini ku ulang dalam ingatanku, hingga memaksakanku harus menuliskannya di blog ini.
Hidup sepasang suami dan istri petani. Mereka juga memiliki hewan ternak berupa seekor ayam, seekor kambing dan seekor sapi. Suatu hari pasangan ini pulang ke rumah setelah berbelanja. Ketika mereka membuka barang belanjaan, seekor tikus memperhatikan dengan seksama sambil menggumam.
"hmmm...makanan apa lagi yang di bawa mereka dari pasar??"
Ternyata, salah satu barang yang di beli adalah perangkap tikus. Tikus ini kaget bukan kepalang. Ia segera berlari menuju kandang tempat ternak si petani dan berteriak
"Ada perangkap tikus di rumah!!! di rumah petani sekarang ada perangkap tikus!!"
Ia mendatangi ayam dan berteriak "ada perangkap tikus". Sang ayam berkata, "tuan tikus... aku turut bersedih, tapi itu tidak berpengaruh terhadap diriku"
Tikus pun pergi, lalu menemui kambing sambil berkata, "ada perangkap tikus". Si kambing berkata, "aku turut bersumpati, tapi maaf tidak ada yang bisa aku lakukan".
Tikus lalu menemui sapi dengan keluhan yang sama. Jawaban yang ia dapatkan sama, "maafkan aku, tapi perangkap tikus tidak berbahaya buatku sama sekali" kata sapi.
Tidak ada yang menghiraukan keluhan tikus. Tikuspun lari ke hutan untuk bertemu ular. Sang ular berkata, "aaah...perangkap tikus yang kecil tidak akan mencelakai aku"
Akhirnya, tikus kembali ke rumah dengan pasrah. Dia akan menghadapi bahayanya sendirian.
Suatu malam, pemilik rumah terbangun mendengar suara keras. Perangkap tikus berbunyi. Menandakan perangkapnya telah memakan korban. Namun ketika melihat perangkap tikusnya. Seekor ular berbisa telah terjebak di sana. Ekor ular yang terjepit membuatnya semakin ganas dan menyerang istri petani. Meskipun sang suami berhasil membunuh ular tersebut. Namun sang istri sempat tergigit dan teracuni oleh bisa ular tersebut.
Setelah beberapa hari di rumah sakit. Sang istri sudah diperbolehkan pulang. Namun selang beberapa hari kemudian demam tinggi yang tak kunjung turun. Atas saran kerabat si petani, ia membuatkan istrinya sup ayam untuk menurunkan demamnya.
Semakin hari bukannya semakin sembuh, justru demam semakin tinggi. Seorang teman lainnya menyarankan untuk makan hati kambing. Petanipun menyembelih kambingnya untuk diambil hatinya. Tapi istrinya tidak sembuh juga dan akhirnya meninggal dunia.
Saat pemakaman istrinya, banyak orang yang datang. Petanipun harus menyembelih sapinya untuk memberi makan untuk orang-orang yang datang melayat.
Sang tikus hanya bisa menatap penuh kesedihan melihat rekan-rekanya mati semua. Beberapa hari setelah itu, ia melihat perangkap tikus tidak digunakan lagi di rumah itu.
Seandainya keluhan tikus ditanggapi baik oleh ayam atau kambing atau sapi. Mereka mungkin masih hidup. Kisah ini mengubahku jadi lebih peduli dengan permasalahan orang lain. Entah itu masalah pribadi atau masalah pekerjaan. Jika orang lain atau teman sudah membagi permasalahannya kepadaku, seketika itu menjadi masalahku juga. Aku sebisa mungkin membatu menyelesaikannya. Memang aku bukan Tuhan yang dalam sekejap menyelesaikan berbagai masalah. Tapi setidaknya, aku membantu sebisaku dan tidak mengabaikannya.
hihii, sok serius banget kata-katanya V^^
sumber kisah: apakabardunia.com
Hidup sepasang suami dan istri petani. Mereka juga memiliki hewan ternak berupa seekor ayam, seekor kambing dan seekor sapi. Suatu hari pasangan ini pulang ke rumah setelah berbelanja. Ketika mereka membuka barang belanjaan, seekor tikus memperhatikan dengan seksama sambil menggumam.
"hmmm...makanan apa lagi yang di bawa mereka dari pasar??"
Ternyata, salah satu barang yang di beli adalah perangkap tikus. Tikus ini kaget bukan kepalang. Ia segera berlari menuju kandang tempat ternak si petani dan berteriak
"Ada perangkap tikus di rumah!!! di rumah petani sekarang ada perangkap tikus!!"
Ia mendatangi ayam dan berteriak "ada perangkap tikus". Sang ayam berkata, "tuan tikus... aku turut bersedih, tapi itu tidak berpengaruh terhadap diriku"
Tikus pun pergi, lalu menemui kambing sambil berkata, "ada perangkap tikus". Si kambing berkata, "aku turut bersumpati, tapi maaf tidak ada yang bisa aku lakukan".
Tikus lalu menemui sapi dengan keluhan yang sama. Jawaban yang ia dapatkan sama, "maafkan aku, tapi perangkap tikus tidak berbahaya buatku sama sekali" kata sapi.
Tidak ada yang menghiraukan keluhan tikus. Tikuspun lari ke hutan untuk bertemu ular. Sang ular berkata, "aaah...perangkap tikus yang kecil tidak akan mencelakai aku"
Akhirnya, tikus kembali ke rumah dengan pasrah. Dia akan menghadapi bahayanya sendirian.
Suatu malam, pemilik rumah terbangun mendengar suara keras. Perangkap tikus berbunyi. Menandakan perangkapnya telah memakan korban. Namun ketika melihat perangkap tikusnya. Seekor ular berbisa telah terjebak di sana. Ekor ular yang terjepit membuatnya semakin ganas dan menyerang istri petani. Meskipun sang suami berhasil membunuh ular tersebut. Namun sang istri sempat tergigit dan teracuni oleh bisa ular tersebut.
Setelah beberapa hari di rumah sakit. Sang istri sudah diperbolehkan pulang. Namun selang beberapa hari kemudian demam tinggi yang tak kunjung turun. Atas saran kerabat si petani, ia membuatkan istrinya sup ayam untuk menurunkan demamnya.
Semakin hari bukannya semakin sembuh, justru demam semakin tinggi. Seorang teman lainnya menyarankan untuk makan hati kambing. Petanipun menyembelih kambingnya untuk diambil hatinya. Tapi istrinya tidak sembuh juga dan akhirnya meninggal dunia.
Saat pemakaman istrinya, banyak orang yang datang. Petanipun harus menyembelih sapinya untuk memberi makan untuk orang-orang yang datang melayat.
Sang tikus hanya bisa menatap penuh kesedihan melihat rekan-rekanya mati semua. Beberapa hari setelah itu, ia melihat perangkap tikus tidak digunakan lagi di rumah itu.
Seandainya keluhan tikus ditanggapi baik oleh ayam atau kambing atau sapi. Mereka mungkin masih hidup. Kisah ini mengubahku jadi lebih peduli dengan permasalahan orang lain. Entah itu masalah pribadi atau masalah pekerjaan. Jika orang lain atau teman sudah membagi permasalahannya kepadaku, seketika itu menjadi masalahku juga. Aku sebisa mungkin membatu menyelesaikannya. Memang aku bukan Tuhan yang dalam sekejap menyelesaikan berbagai masalah. Tapi setidaknya, aku membantu sebisaku dan tidak mengabaikannya.
hihii, sok serius banget kata-katanya V^^
sumber kisah: apakabardunia.com
0 Comments:
Post a Comment